Pentingnya
Menjaga Kesehatan Mental di Samping Kesehatan Fisik saat Pandemi COVID-19
Pandemi penyakit virus corona 2019
(COVID-19) bukan hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga telah mengancam
kesehatan mental banyak orang. Betapa tidak, penyakit yang telah menelan ribuan
korban jiwa di seluruh dunia hingga saat ini telah menimbulkan banyak
kekhawatiran di kalangan masyarakat. Setiap menit, masyarakat selalu dihujani oleh berita dan informasi
seputar COVID-19, baik melalui TV, media sosial, serta internet.
Maka tak heran jika banyak
masyarakat mengalami gangguan mental di tengah pandemi penyakit yang
ditimbulkan oleh virus novel corona tersebut. Beberapa gangguan mental yang
kerap timbul dewasa ini misalnya mudah terbawa emosi, stres, cemas berlebihan,
depresi, dan sebagainya.
Kecemasan dan gangguan mental ini
kemudian akan menimbulkan ketidakseimbangan di otak, yang pada akhirnya timbul
menjadi gangguan psikis, atau disebut juga psikosomatik. Ketika seseorang
mengalami gejala psikosomatik, maka ia bisa merasakan gejala seperti penyakit
COVID-19, yakni merasa demam, pusing, atau sakit tenggorokan, padahal suhu
tubuhnya normal.
Panduan WHO untuk menjaga kesehatan
mental selama pandemi COVID-19 Setiap orang perlu menjaga kesehatan mental untuk menghindari
keluhan fisik yang muncul akibat stres. Karena, ketika seseorang stres, maka
sistem imun dalam tubuh akan berkurang. Ini akan menyebabkan tubuh mudah
terserang penyakit.
Menyadari bahwa kecemasan akibat
COVID-19 telah meliputi banyak masyarakat, maka World Health Organization (WHO)
pada Maret 2020 merilis panduan bagi masyarakat untuk sama-sama menjaga
kesehatan mental. Caranya ialah dengan melakukan beberapa hal berikut:
1. Cobalah
berempati
Pahamilah bahwa COVID-19 adalah
penyakit yang menyerang seluruh lapisan masyarakat. Jadi, jangan pernah
mengasosiasikan COVID-19 pada etnis tertentu atau negara tertentu. Cobalah
berempati pada orang yang terinfeksi COVID-19 dengan memahami bahwa mereka
tidak melakukan kesalahan. Sebaliknya, kita harus bersama-sama mendukung pasien
COVID-19 dengan memperlihatkan simpati, empati dan kebaikan.
2. Kurangi
stigma negatif terhadap pasien COVID-19
Penting pula
untuk tidak menyebut pasien COVID-19 sebagai “kasus COVID-19” atau “keluarga
COVID-19”, atau “orang sakit COVID-19”. Melainkan, sebutlah mereka sebagai
orang yang mempunyai COVID-19 atau orang yang menjalani perawatan COVID-19.
Kita perlu memisahkan identitas seseorang dengan COVID-19 untuk mengurangi
stigma negatif. Ketika para pasien ini sembuh, maka mereka berhak untuk kembali
beraktivitas seperti layaknya orang-orang kebanyakan.
3. Batasi diri
dari paparan berita dan media sosial
Kita juga perlu
membatasi diri dari paparan berita dan media sosial yang dipenuhi oleh
informasi seputar COVID-19. Karena membaca atau melihat banyak berita
menyedihkan dan menakutkan seputar COVID-19 akan membuat kita semakin putus
asa, stress, bahkan depresi. Pahami pula bahwa tidak semua informasi dan berita yang kita lihat
atau baca di TV dan di internet adalah benar. Untuk menghindarkan diri dari
berita tidak benar atau hoax, kamu perlu membaca referensi dari website resmi
pemerintah dan WHO. Pemerintah Indonesia sendiri merilis update resmi seputar
COVID-19 melalui www.covid19.go.id.Kamu juga bisa mendukung menghentikan
penyebaran berita hoax dengan menyaring terlebih dahulu informasi atau berita
sebelum menyebarkannya. Atau cara lain, kamu juga bisa hanya menyebarkan
berita-berita positif, melakukan kegiatan yang menyenangkan di media sosial
seperti posting berbagai challenge yang ramai saat ini, atau posting video
kreatif di TikTok.
4. Lindungi
diri kamu dan keluarga
Rasa cemas yang
menghampiri banyak orang dewasa ini sebetulnya sangat beralasan. Karena, setiap
orang pasti tidak ingin dirinya atau orang-orang yang dicintai akan terkena
virus corona yang akhirnya akan membahayakan jiwa. Agar kecemasan ini
berkurang, kamu bisa menerapkan anjuran WHO agar terhindar dari COVID-19.
Caranya ialah dengan melakukan physical distancing, #DiRumahAja, rajin-rajin
mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitiser, menutup hidung dan mulut
ketika bersin dan batuk, serta tidak menyentuh mata, mulut dan hidung. Jika
kamu terpaksa harus bekerja di luar rumah, pastikan kamu tetap melindungi diri
dengan memakai masker, sarung tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain
minimal 1,5 meter.
5. Berikan
dukungan pada tenaga medis
Kamu juga bisa memberikan dukungan bagi para tenaga medis yang sudah
merawat dan menyelamatkan jiwa para pasien dengan cara mengirimkan kata-kata
positif yang bisa menguatkan mereka selama bekerja, mengirimkan bunga, menirimkan
bantuan alat kesehatan, mengirimkan makanan, dan sebagainya.
6. Saling
mendukung sesama
Kebijakan
physical distancing dan berkegiatan di rumah saja telah
berdampak serius bagi kehidupan ekonomi. Tak hanya memukul kalangan pemilik
usaha, pandemi ini terutama memberikan pukulan keras bagi para pekerja. Banyak
pekerja yang harus mengalami pengurangan atau kehilangan penghasilan selama
pandemi berlangsung. Kamu pun bisa mendukung mereka dengan cara memakai produk
dan jasa yang mereka tawarkan atau sekadar bersedekah. Kegiatan positif yang
bisa kamu coba untuk menjaga kesehatan mental
Meski ruang
beraktivitas kita terbatas, namun kebijakan berkegiatan di rumah memiliki
banyak manfaat positif. Pertama, waktu kamu bersama keluarga sangat banyak.
Kamu menjadi bisa mengawasi anggota keluarga dalam aktivitas mereka, serta
punya banyak quality time dengan mereka. Kedua, kamu tidak perlu buang waktu
dan tenaga di jalan untuk ke kantor dan ke sekolah. Kelebihan waktu ini bisa
kamu manfaatkan untuk hal-hal lain, seperti melakukan hobi atau bekerja.
Kegiatan apa saja yang bisa kamu lakukan di rumah untuk menjaga kesehatan
mental?
1. Lakukan hal
kegemaranmu
Dalam hal ini, kamu bisa melakukan hobi di sela waktu yang senggang,
seperti bikin kue, berkebun, bikin kerajinan tangan, merawat hewan peliharaan,
olahraga, main musik, baca buku, dan lain sebagainya. Kamu juga bisa
nonton film series, mendengarkan rekaman podcast, atau siaran streaming dari
tokoh-tokoh inspiratif dunia.
2. Baca
berita-berita yang positif
Di tengah wabah
COVID-19 ini, setiap hari bisa jadi kita terpapar oleh begitu banyak berita
negatif. Secara tidak langsung, berita-berita negatif ini bisa berdampak
langsung pada kesehatan mental kamu. Untuk menyeimbanginya, penting juga
mengakses berita-berita positif untuk membangun kembali semangatmu. Kamu bisa
membaca kisah-kisah inspiratif dari para survivor penyakit ini, upaya berbagai
negara yang berhasil menanggulanginya, hingga progres pembuatan vaksin
penyembuhnya.
2. Coba hal
baru
Karena kamu
punya lebih banyak waktu, ini saat yang tepat untuk mencoba hal baru. Misalnya,
belajar menjahit atau merajut, masak masakan yang belum pernah kamu
masak sebelumnya, meditasi dan latihan pernapasan, olahraga di dalam rumah,
atau mencoba eksperimen kerajinan bersama anak-anak. Salah satu teknik
menenangkan diri yang bisa kamu coba ketika panik atau cemas ialah mencoba
latihan pernapasan. Cobalah tarik
napas dalam sebanyak enam kali untuk menenangkan diri setiap kali kamu merasa
cemas.
3. Tetaplah terhubung dengan
orang lain
Berkegiatan di rumah tidak
berarti kamu tidak bisa terhubung dengan teman atau keluarga. Justru, ini momen
yang tepat untuk memberikan dukungan pada orang-orang yang berarti bagi kamu,
seperti keluarga dan sahabat. Kamu bisa tetap terhubung dengan mereka dengan
melakukan conference call keluarga atau “nongkrong live” bareng teman sambil
melakukan kegiatan, seperti makan siang bareng, ngopi bareng, belajar bareng,
atau bahkan olahraga bareng.
Pandemi COVID-19 memang
menimbulkan kecemasan bagi semua orang. Tetapi, stress yang berlebihan akan
menurunkan imun tubuh, yang pada akhirnya mengancam kesehatan fisik. Karenanya,
mari perhatikan kesehatan mental agar kamu tetap tenang dan berpikiran positif.
Tetap sehat dan semangat, ya.....!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar